Kehangatan Upacara Hari Guru Nasional di SMP Plus Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro
Kehangatan Upacara Hari Guru Nasional di SMP Plus Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro
Bojonegoro, 25
November 2025 – Pagi itu, Senin, 25 November 2025, suasana di halaman SMP Plus
Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro terasa berbeda. Matahari baru saja
menyingsing, namun semangat untuk memperingati Hari Guru Nasional sudah terasa
begitu kental. Tepat pukul 07.00 WIB, seluruh siswa, guru, dan staf sekolah
berbaris rapi untuk mengikuti upacara bendera yang istimewa.
Kenapa
istimewa? Karena kali ini, yang menjadi petugas upacara bukan siswa seperti
biasanya, melainkan para guru! Ya, mereka yang sehari-hari mengajar di depan
kelas, kini berdiri tegak menjalankan tugas upacara dengan penuh kekhidmatan.
Mulai dari pembaca doa, pembaca janji siswa, hingga pembaca UUD 1945—semuanya
diisi oleh bapak dan ibu guru. Hanya posisi pengibar bendera saja yang tetap
dipercayakan kepada siswa.
Upacara
dipimpin langsung oleh Bapak Muhammad Mitsqol Khoiruddin, M.Pd., yang juga
menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan. Dengan suara yang tegas
namun penuh kehangatan, beliau memandu jalannya upacara dari awal hingga akhir.
Sementara itu,
Mrs. Barotut Taqiya, S.Pd. tampil memukau sebagai MC (Master of Ceremony).
Dengan gaya komunikatif dan ceria khas beliau, suasana upacara terasa lebih
hidup. Sesekali senyum mengembang di wajah para siswa saat Mrs. Barotut
menyampaikan instruksi dengan bahasa yang ringan namun tetap sopan.
Yang paling
ditunggu tentu saja amanat pembina upacara. Bapak Shokhibun Ni'am, M.Pd., Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, naik ke podium dan menyampaikan pesan yang
menyentuh hati sekaligus menggugah pikiran.
Dalam
amanatnya, Pak Shokhi berbicara tentang peran guru yang tak lekang oleh zaman.
"Guru bukan hanya pengajar, tapi juga teladan, motivator, dan bahkan teman
bagi siswa-siswanya," ujar beliau dengan penuh semangat.
Beliau juga
menekankan bagaimana menjadi guru yang sederhana di masa kini. "Sederhana
bukan berarti biasa-biasa saja, tapi berarti tulus, rendah hati, dan selalu
dekat dengan siswa. Di era digital seperti sekarang, guru harus bisa menjadi
sahabat yang mendengarkan, bukan hanya mengajar. Guru yang baik adalah yang
mampu memahami dunia anak muda tanpa kehilangan wibawanya," jelasnya.
Pesan tersebut
disambut dengan tepuk tangan meriah dari seluruh peserta upacara. Banyak siswa
yang terlihat mengangguk-angguk, seakan memahami betapa pentingnya peran guru
dalam kehidupan mereka.
Tepat pukul
08.00 WIB, upacara resmi ditutup. Namun, kehangatan dan kesan mendalam dari
peringatan Hari Guru Nasional tahun ini masih terasa hingga siang hari. Para
siswa terlihat lebih menghargai sosok guru mereka, sementara para guru sendiri
merasa bangga bisa menjadi bagian dari upacara yang bermakna ini.
Momen di mana
para guru menjadi petugas upacara bukan sekadar simbolis, tapi juga pengingat
bahwa mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang pantas dihormati. SMP Plus
Maulana Malik Ibrahim sekali lagi membuktikan bahwa memperingati Hari Guru
Nasional bukan hanya soal seremonial, tapi tentang menghargai dedikasi dan
perjuangan para pendidik.
Selamat Hari
Guru Nasional untuk semua guru di Indonesia! Semoga semangat mengajar dan
mendidik selalu menyala, membimbing generasi muda menuju masa depan yang lebih
cerah.








Komentar
Posting Komentar