Depresi

 


Cerita oleh: Lyra Hafizatus Zianida

 

Pondok pesantren Adnan Al Charish biasanya dipenuhi dengan canda tawa dan semangat belajar para santrinya. Namun, di sudut yang sedikit terpencil, ada seorang santri putri yang menjadi korban bullying.

"Hei, kau lihat Fatimah? Dia benar-benar jelek, ya! Pantas saja tidak ada yang mau berteman dengannya," ejek Dina, salah satu santri putri.

"Iya, benar! Dia seperti monster, dengan wajah yang menakutkan itu," timpal Siti, teman Dina.

Fatimah hanya bisa menundukkan kepala, menahan air mata yang siap tumpah kapan saja. Hatinya terluka mendengar hinaan teman-temannya.

"Sudahlah, jangan dekat-dekat dengannya. Nanti kita ikut jelek," kata Dina, kemudian mereka pergi meninggalkan Fatimah sendirian.

Hari demi hari, Fatimah terus menjadi korban bullying. Teman-temannya tak hanya mengejek, tapi juga mengucilkannya. Fatimah semakin terpuruk dan merasa dirinya tidak berharga.

Hingga suatu hari, Fatimah benar-benar tak tahan lagi. Dia meledak dalam amarah dan menyerang teman-temannya.

"Kalian semua jahat! Kenapa kalian selalu mengejekku dan mengucilkanku?!" teriak Fatimah sambil menangis histeris.

Dina, Siti, dan beberapa santri lainnya panik dan segera berlari menyelamatkan diri.

"Tolong, Kiai! Fatimah mengamuk!" seru mereka sambil menuju ke rumah Kiai Saifuddin.

Kiai Saifuddin, yang sedang mengaji, terperanjat mendengar teriakan para santri. Dia segera melerai Fatimah dan membawa gadis itu ke rumahnya.

"Fatimah, tenangkan dirimu. Apa yang terjadi?" tanya Kiai dengan lembut.

Fatimah terisak-isak. "Mereka selalu mengejekku dan mengucilkanku, Kiai. Hati saya sakit sekali."

Kiai Saifuddin menghela napas. "Baiklah, suruh mereka semua kemari. Kiai ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi."

Tak lama kemudian, Dina, Siti, dan beberapa santri lainnya datang dengan wajah pucat pasi.

"Apa yang kalian lakukan pada Fatimah?" tanya Kiai dengan tegas.

Dina dan yang lain tertunduk malu. Akhirnya, mereka mengakui semua perbuatan mereka.

"Kami... kami memang sering mengejek dan mengucilkan Fatimah, Kiai. Kami bilang dia jelek dan tidak pantas berteman dengan kami," ujar Dina dengan suara gemetar.

"Kalian tahu bahwa perbuatan kalian itu sangat salah, bukan? Kalian sudah menyakiti hati Fatimah," tegur Kiai Saifuddin.

"Kami minta maaf, Kiai. Kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi," ucap Siti dengan penyesalan.

Kiai Saifuddin mengangguk. "Baiklah, kalian semua harus meminta maaf langsung pada Fatimah. Dan mulai sekarang, kalian harus bisa menerima Fatimah apa adanya."

Satu per satu, mereka mendatangi Fatimah dan meminta maaf dengan tulus. Fatimah awalnya ragu, tapi akhirnya memaafkan mereka.

Sejak saat itu, Fatimah mulai diterima dengan baik oleh teman-temannya. Mereka belajar untuk saling menghargai dan tidak lagi menjadikan penampilan sebagai alasan untuk membully orang lain.

Pondok pesantren Adnan Al Charish pun kembali menjadi tempat yang harmonis, di mana semua santri saling menjaga dan mendukung satu sama lain.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemilihan OSIS Baru di SMP Plus Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro

Upacara Hari Pahlawan 2024

Semangat Kebersamaan Warnai Upacara Hari Guru di SMP Plus Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro