Cinta Pandangan Pertama
Cerita: Renita Zahro Afizah
Setiap
hari Sabtu siang, pondok pesantren Adnan Al Charish mengadakan pengajian kitab
Nasoihul Ibad. Santri putra dan putri berkumpul di mushola, dengan
santri putra berada di serambi luar dan santri putri di
dalam mushola. KH. Saifuddin Zuhri, sang Kyai, duduk di
tengah-tengah, sehingga seluruh santri dapat melihatnya dengan jelas.
Saat
itu, Faris, seorang santri putra, tak bisa mengalihkan pandangannya dari
seorang santri putri yang duduk di barisan depan. Posisi duduknya
yang anggun, wajah cantiknya, dan fokusnya saat mengaji membuat
Faris terpesona.
"Siapa
namanya, ya?" gumam Faris tanpa sadar.
"Hei,
Faris! Kenapa kau melamun? Cepat perhatikan Kyai!" tegur Malik,
teman Faris.
Faris
tersentak dan segera mengarahkan pandangannya ke depan, meskipun pikirannya
masih terfokus pada sosok cantik itu.
Selesai
pengajian, Faris berusaha mencari informasi tentang gadis yang
dicuri pandangannya. Dengan hati-hati, dia bertanya kepada beberapa
santri putri yang dikenalnya.
"Maaf,
apa kau tahu siapa nama santri putri yang duduk di barisan depan tadi?"
tanya Faris.
"Oh,
yang bejilbab hitam itu? Namanya Nadya," jawab salah seorang
santri putri.
"Nadya,"
gumam Faris, menyimpan nama itu di ingatannya.
Selama
setahun berikutnya, Faris semakin terpesona dengan Nadya. Dia selalu
memperhatikannya saat pengajian dan berusaha mencari
informasi tentangnya. Namun, Faris tak berani
mengungkapkan perasaannya.
Hingga
suatu hari, Faris memberanikan diri menghadap Kyai Saifuddin.
"Maaf,
Kyai. Saya ingin menyampaikan sesuatu," ujar Faris dengan gugup.
"Silakan,
Faris. Ada apa?" tanya Kyai Saifuddin dengan tenang.
"Saya...
saya telah jatuh cinta pada seorang santri putri, Kyai. Namanya
Nadya," ungkap Faris.
Kyai
Saifuddin mengangguk-angguk. "Lalu, apa yang ingin
kau lakukan?"
"Saya
ingin meminta Kyai untuk merestui hubungan kami. Saya berniat untuk
menikahinya," kata Faris dengan mantap.
Kyai
Saifuddin terdiam sejenak, lalu berkata, "Baiklah, panggilkan
Nadya kemari."
Faris
terkejut, namun segera melaksanakan perintah Kyai. Nadya pun
dipanggil, dan dia terlihat gugup saat menghadap Kyai.
"Nadya,
apakah kau juga memiliki perasaan yang sama dengan Faris?"
tanya Kyai.
Nadya
menundukkan kepalanya, lalu berkata dengan lirih,
"Ya, Kyai. Saya juga telah lama menyukai Faris."
Faris
tak kuasa menahan kebahagiaannya. Dia tersenyum lebar dan menatap
Nadya dengan penuh kasih sayang.
Kyai
Saifuddin tersenyum melihat pemandangan di hadapannya. "Baiklah,
saya merestui hubungan kalian berdua. Semoga kalian bisa saling
menjaga dan membahagiakan satu sama lain."
Faris
dan Nadya mengucapkan terima kasih dengan tulus. Mereka tak menyangka
bahwa cinta yang tumbuh di balik tirai pemisah antara santri putra dan putri
akhirnya mendapat restu dari Kyai.
Hari
itu, Faris dan Nadya merasa bahwa pondok pesantren Adnan Al Charish bukan hanya
tempat mereka menuntut ilmu, tapi juga menjadi saksi bisu atas kisah cinta
mereka yang begitu indah.
Komentar
Posting Komentar