Hantu TPS

 Karya:

Fyza Ichsan A., M. Indra A., A. Musthafa I., dan M. Deska Pratama P.

Satu Malam, ada satu kamar yang dihukum karena piket membersihkan Pondok kurang bersih. Lalu, kamar itu memilih piket ulang pada jam 11.00 malam, setelah Diniyah selesai. Dua anak yang mendapat bagian membuang sampah ke pembuangan belakang, yang jarak dari Pondok lumayan jauh, adalah Udin dan Bisri.

Kedua anak itu membuang tong sampah dengan menggunakan Arco. Mereka mendapat jatah membuang sampah karena paling muda di kamar, yang besar tidak mau mengalah. Mereka malas untuk membuang sampah malam-malam.

Saat di tengah perjalanan, dari semak-semak belukar tiba-tiba terdengar suara kresek-kresek. Bisri dan Udin merinding. Salah satu dari mereka mencoba memberanikan diri mendekati semak itu.

Duarrr! Ternyata hanya seekor kucing sedang mencari makan.

“Hanya kucing, Sri” Ucap Udin lega.

“Oalah. Tiwas merinding aku. Yowes ayo terus, keburu kemalaman nanti” Jawab Bisri sembari melanjutkan mendorong arco nya.

Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan. Bisri memegang pegangan sedang Udin membantu mendorong dari samping, sesekali memegangi tong sampah agar tidak jatuh.

Saat sudah dekat di pembuangan, Bisri samar-samar melihat ada sosok wanita duduk di atas batu kumbung semak pojokan pembuangan, di dekat pohon aren yang daun-daunnya mangklung dan gelap.

“Eh Din, kok ada wanita malam-malam sendirian di sini? Itu siapa? Masak mbak-mbak dalem?”

“Nah itu. Bagaimana kalau kita dekati” ajak Udin.

“Tapi,” Bisri ragu.

“Sudah tidak apa-apa. Ayo kita lihat” ajak Udin duluan maju.

Merekapun sampai di belakang sosok wanita itu. Ternyata memang benar, wanita itu duduk membelakangi mereka di atas batu kumbung. Rambutnya terurai panjang sampai melebihi kerudung yang dia pakai sekenanya. Bajunya agak kusam. Samar-samar mereka berdua mulai mendengar wanita tersebut sedang menangis, atau entah menggumam apa.

Udin dan Bisri saling memandang. Siapa yang harus menyapa duluan di antara mereka?

“Mbak Mbak, jangan nangis di sini” sapa Udin sambil merinding dan memegangi erat tangan Bisri.

“huuu. Huuu” suara gadis itu menangis semakin keras, tanpa menoleh pada dua Kang santri di belakangnya.

“Bagaimana ini, Din? Kok malah keras nangisnya?” Bisri bingung.

Udin tak menjawab, karena dia sedang sibuk tolah-toleh melihat sekeliling, juga memeriksa wanita itu, jangan-jangan bukan manusia. Pikirnya.

Saat melihat kaki wanita tersebut, saat menggesekkan kakinya, ternyata agak samar terlihat kaki wanita itu punya selaput di sela jarinya. Persis seperti kaki bebek.

“Bisri! Lihat kakinya!” teriak Udin sambil meloncat mundur.

“Astagfirullah!!!!”

Wanita itu menoleh dengan cepat. Dan nampaklah, wajahnya hancur tak berbentuk. Matanya copot satu tapi masih menyambung dengan kepala. Pipinya penuh belatung dan darah kental. Bibirnya sobek tidak karuan.

Bisri langsung berlari, disusul Udin di belakangnya. Kedua kang Santri itu lari sekencang-kencangnya menuju ke arah Pondok.

“Bagaimana ini Din????” Bisri bertanya setengan berteriak sambil berlari tidak karu-karuan.

“Penting kita lari saja!” jawab Udin tanpa menoleh.

Tiba-tiba ada yang meraih lengan Bisri dari belakang dan menariknya sampai dia jatuh terjungkal.

Udin langsung berhenti dan berusaha menolong temannya itu.

“Tunggu ... aku ... kang” suara wanita itu sambil merangkak mendekat ke Bisri yang sedang berusaha bangun, tanpa melepas pegangannya.

Udin segera mengambil kayu yang tergeletak di tumpukan pinggir jalan dan memukulkannya keras-keras ke kepala wanita itu.

“BUAKK!!”

Akhirnya Bisri terlepas juga, lalu cepat-cepat bangun dan berlari bersama Udin.

Tiba-tiba wanita tadi muncul di depan mereka. Refleks keduanya berhenti dan meloncat mundur. Lagi-lagi wanita itu meloncat cepat menyerang bisri dan berusaha membawanya ke kolam. Bisri berteriak meminta tolong.

Terjadilah tarik-menarik antara Udin yang menolong Bisri dengan wanita itu yang sudah mulai turun ke kolam.

Udin menendang perut wanita itu sekeras-kerasnya sampai akhirnya Bisri terlepas, sedang wanita itu tercebur ke dalam kolam.

Cepat-cepat Udin dan Bisri kabur tanpa melihat lagi ke belakang. Sampailah mereka ke asrama lagi. Keduanya menggos-menggos. Malam itu yang seharusnya dingin tapi Udin dan Bisri malah basah kuyup dengan keringat dingin. Teman-teman asrama yang lain melihat mereka dengan aneh. Sedang apa mereka berdua?

Merekapun menceritakan semua yang mereka alami. Namun saat banyak Santri berbondong-bondong ke belakang, ke kolam tempat kejadian tadi, tidak ada apa-apa. Namun anehnya airnya masih bergelombang seolah ada sesuatu yang baru saja jatuh. Sedang Udin dan Bisri sudah kapok untuk membuang sampah malam-malam. (Selesai)

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemilihan OSIS Baru di SMP Plus Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro

Semangat Kebersamaan Warnai Upacara Hari Guru di SMP Plus Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro

Upacara Hari Pahlawan 2024