Detektif Pondok

 Karya:

A. Musthafa Ibrahim


Pada waktu pagi sebelum Shubuh, pak Juki, salah seorang pengurus pondok pesantren Alamtaro, terbangun dan melihat jam dinding menunjuk pukul 03.30 WIB. Dia bergegas ke kamar mandi pondok untuk mengerjakan rutinitas paginya.

Tetapi, saat baru masuk ke kamar mandi betapa kagetnya dia saat menemukan ada seorang santri tergeletak penuh luka di lantai. Sedang di sampingnya berserakan sepasang sandal dan kunci lemari yang kotor terciprati darah.

“Waduh! Apa yang terjadi dengan santri ini??”

Dia segera membopong santri tersebut sekalian barang-barang yang ada di dekatnya dan membawanya ke kantor untuk diobati. Sampai santri itu siuman, pak Juki segera menanyainya.

“Kamu habis ngapain kok di kamar mandi sampai seperti ini??”

“Anu… saya, saya tidak tahu pak” jawab santri itu pelan “Tadi malam saya ke kamar mandi. Dan entah bagaimana saya terbangun dan sudah seperti ini” jawabnya.

“Terus, ini sandal dan kunci milikmu?” Tanya pak Juki seraya menunjukkan sepasang sandal dan kunci yang ikut serta dibawanya dari TKP (tempat kejadian perkara).

“Bukan pak. Saya tidak tahu ini milik siapa..”

Karena merasa heran, pak Juki menyimpan sepasang sandal dan kunci itu dan berencana menyelidiki TKP nanti bersama pengurus yang lain.

…………………..

Usai jamaah Shubuh, pak Juki mengumumkan apa yang terjadi pada santri yang ia temukan waktu pagi itu. Bima, salah satu santri, yang mendengar pengumuman kejadian itu nerasa tertarik dan ingin menyelidiki TKP karena memang dia punya rasa penasaran yang luar biasa. Di rumahnya, dia memiliki koleksi novel Sherlock Holmes, lima sekawan dan berjibun komik Detective Conan. Penggila cerita detektif.

“Hm, sebuah kasus yang menarik” gumamnya dalam hati.

“Woi!!!”

Seseorang menepuk punggungnya cukup keras sampai membuatnya terhentak kaget.

“Lu ngapain bengong begini??” tegur si pelaku penepuk punggung.

“Biasa. Ada kesempatan emas nih!”

“Mau nggambas lu, Bim???” tuduhnya. Santri-santri yang lain langsung memandangi Bima dengan raut wajah tidak percaya. Bima mau nggambas? Beneran??

“Bukan woi!!!” bantah Bima cepat “Gua mau lihat tempat yang diomongin pak Juki tadi”

“Lah? Mau apa??”

“Melakukan penyelidikan. Hehehe” jawab Bima cengengesan sembari meniru gaya seorang detektif merokok cerutu dengan memegangi kaca pembesar.

Santri yang berbicara dengan Bima itu adalah teman dekatnya yang bernama Zidan. Ia selalu mengawasi setiap gerak-gerik Bima sejak awwal mondok sebab diminta melakukan itu oleh ibunya Bima. Dari sedikit pembukaan di atas, di antara kita pasti ada yang sudah faham mengapa ibu Bima sampai meminta bantuan Zidan.

…………………...

Di waktu siangnya Zidan mendapati Bima sedang mengintip ke kamar mandi.

“Ngapain sih lu...”

Teguran Zidan terputus sebab Baim langsung menariknya dan membawanya ke kamar atas.

“Kenapa ini???”

Bima tidak langsung menjaab, tapi malah mengambil sebuah buku yang di dalamnya sudah ada oret-oretan gambar yang berjaring :

“Apa ini??” Tanya Zidan masih belum faham.

Baim menjelaskan kalau dia sudah membuat sebuah teori. Dia membuat gambar seperti itu agar seperti detektif di novel-novel, tapi masih bisa difahami (oleh dirinya sendiri). Sedang Zidan masih memelototi gambar-gambar itu namun tetap saja tidak bisa memahaminya. Bima menjelaskan kalau kunci untuk menemukan pelakunya ialah sepasang sandal dan kunci lemari pak Juki.

“Tapi, bagaimana car kamu tahu sandal dan kunci itu milik siapa?”

“Kita minta saja dan mengaku kalau sandal dan kunci itu milik kita” jawab Baim enteng.

“Yang ada malah kita yang disangka pelakunya!”

“Oh iya deh..”

Di saat itu, tiba-tiba ada santri lain yang masuk ke kamar mereka. Keduanya langsung menoleh ke arah pintu. Ternyata itu teman mereka sendiri, Aki.

“Kalian tahu kunci lemariku, nggak?” Tanya Aki sembari ikut duduk. Bima dan Zidan saling berpandangan.

“Kunci yang gimana?” Tanya Baim balik.

“Ada nomor di kunci itu. 103” jelas Aki.

“Maaf Ki, kami nggak tahu e” jawab Zidan.

“Oh. Ya udah. Tapi kalau kalian tahu, beri tahu ya” pesan Aki yang lalu keluar dan lalu menutup pintu kamar.

…………………

Di manapun, Bima selalu membawa bukunya itu dan sibuk membuat teori-teori. Bahkan hingga masuk jam diniyah, santri itu masik sibuk dengan bukunya tersebut.

“Kagak ada berhentinya lu ini” tegur Zidan.

“Sst! Gua hamper mecahin masalah ini!” jawab Bima tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya.

Zidan hanya melongo. Lalu kemudian dia melirik salah satu santri yang sedang bersiul. Zidan menghampirinya, lalu memasukkan tangannya ke saku baju santri tersebut dan mengeluarkan sesuatu.

“Ini nih pulpenku!” kata Zidan sembari mengacungkan pulpen yang baru saja diambilnya.

“Lah ngaku-ngaku. Mana buktinya?” bantah santri tadi.

“Nih, dalem pulpen ada namaku!” Zidan menunjuk bagian isi pulpen yang memang dibungkus dengan kertas bertuliskan namanya. ZIDAN.

“Ph…”

“Woooo! Dasar maling!” sorak seluruh santri sekelas. Santri yang dimaksud itu namnamanya Riko. Santri paling badung dan memang suka mencuri barang santri lain.

……………………

Sehabis sekolah, Bima langsung membuka kembali bukunya tanpa terlebih dulu berganti baju.

“Gak bisa apa lu ganti baju dulu?” tegur Zidan sembari melepas  seragam dan mengambil selembar kaos dari centelan.

“Gak bisa. Masih kurang sedikit lagi” jawab Bima tanpa menoleh.

“Ya wis. Tak tinggal mandi dulu” ucap Zidan sambil melangkah pergi.

Saat di kamar mandi, Zidan mencium bau rokok di kamar sebelahnya dan mendengar suara orang dengan nada pelan. Reflek dia menguping ke kamar sebelahnya itu.

“Huh. Dasar! Untung dia tidak mengaku. Kalau sampai dia mengadu bakal sekalian tak buat dia ilang ingatan! Dasar Culun!” suara orang menggerutu dari dalam.

Zidan terbelalak demi mendengar kata terakhir itu. Zidan ingat kalau Culun itu panggilan Ikwan, santri yang tempo hari ditemukan pak Juki tergeletak di kamar mandi.

“Jadi orang ini yang melakukan itu pada Ikwan” gumam Zidan dalam hati.

Setelahnya, pintu kamar mandi sebelah itu terbuka dan keluarlah seseorang. Saat Zidan mengintip, ternyata orang itu adalah Riko si santri badung. Zidan langsung keluar.

“Jadi lo yang habis menghajar Ikwan waktu itu?”

“Apa makud lo??”

“Gak usah pura-pura. Aku wis krungu opo sing mbuk omongne nang njero mau!”

Tiba-tiba Riko mendekat dengan berlari dan mendorong Zidan masuk kembali ke kamar dan menjorokkannya ke tembok dengan keras. Pintu dia kunci.

“Lebih baik kau tutup mulutmu itu sebelum kau kubuat babak belur seperti ikhwan!!” ancam Riko dengan melotot.

“Kenapa lo lakuin itu pada Ikwan?”

“Kalau nggak, dia bakal lapor goblok!”

“Apa maksudnya??”

BRAKKK!!

Pintu kamar mandi didobrak oleh para santri, di belakang mereka ada baim. Ternyata dia sudah menunggu untuk melakukan penggerebekan itu.

“Apa-apaan ini???!!” Riko mengambil ancang-ancang untuk mengamuk.

“Tangkap dia!” komando Baim.

“Wooo” para santri berlarian masuk ke kamar mandi sempit itu dan berusaha meringkus Riko. Karena kalah jumlah, meski Riko berusaha melarikan diri namun percuma.

“Kenapa nih, Bim??” Tanya Zidan kebingungan.

“Sebenarnya aku sudah tahu kalau Riko yang menghajar Ikwan, tapi aku nggak tahu apa motifnya waktu itu. Sedang sepasang sandal itu milik pak Hisyam sedang kuncinya milik Aki. Ternyata itu barang-barang yang dicuri Riko. Aku mendapat petunjuk itu saat lu menangkap basah riko mencuri pulpenmu kemarin”

Tak butuh waktu lama, pak Juki dan para pengurus lain datang dan menemui para santri yang sedang menggelandang Riko.

“Ini pak, pelaku kejadian 2 hari lalu yang membuat babak belur Ikhwan” Baim menjelaskan sambil menunjuki ajah Riko.

Segera, Riko dibawa pengurus ke kantor, bersama dengan Baim dan Zidan sebagai saksi.

Setelah ditanyai pengurus, akhirnya Riko mengakui kalau memang dia pelakunya. Alasannya sebab ikhwan melihat aksinya saat mencuri sandal pak Hisyam dan kunci milik Aki, yang selanjutnya kunci itu mau dia gunakan untuk membobol lemari Aki. Dia takut kalau  Ikhwan akan melapor ke pengurus.

Selanjutnya, Riko diproses sesuai aturan yang sudah ditetapkan pondok. Barang-barang curian telah dikembalikan.

KASUS DITUTUP.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemilihan OSIS Baru di SMP Plus Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro

Semangat Kebersamaan Warnai Upacara Hari Guru di SMP Plus Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro

Upacara Hari Pahlawan 2024