Aira
Sang surya
mulai menampakkan wujudnya. Semangat seorang gadis yang sedang mengayuh
sepedanya untuk pergi sekolah dengan perlahan, akhirnya Gedung yang tak begitu
besar Nampak di depannya.
Ia memarkiran
sepedanya di parkiran sekolah lalu nerjalan melewati lapangan parker dan tamans
ekolah yang cukup luas.
“Semoga saja
Pak Gun hari ini dating” gumamnya pelan.
Tak sengaja
seseorang menabrak pundaknya dengan keras. Dengan tak berdosa orang itu
langsung berlari tanpa meminta maaf.
“Ih … Aldi!”
sentak Rara sembari memegang pundaknya.
“Eh maaf …
sengaja!” ucap Aldi sambil nyengir dan Kembali berlari menjauh. Namun hanya
beberapa Langkah, tak sengaja dia menabrak sesuatu yang membuatnya terjatuh
terjelungup ke tanah.
“Wkwk … rasain!
Kuwalat!” ejek Rara.
“Awas kamu Ra!”
“Apa awas? Ndak
ada kendaraan juga!” Rara berlalu “Wlee!” lanjuta ejeknya sambil menjulurkan
lidahnya lalu berjalan masuk ke gedungs ekolah dengan berlari kecil.
Memang dari
awal Rara masuk sekolah, Aldi sudah
tidak menyukainya. Bahkans etiap Aldi bertemu dengan Rara ia selalu membuat
masalah yang membuat Rara merasa geram dan jengkel.
“Kring kring!”
Suara bel masuk
sekolah berbunyi, pertanda pembelajaran di kelas akan segera dimulai.Rara dan
Jenie, ketua kelas, sedang mengobrol. Mereka adalah teman sebangku. Walaupun
Rara murid baru namun tidak ada yang menghalanginya untuk mendapatkan banyak
teman.
“Jennie, tadi
malem aku habis membuat bunga salju!” cerita Rara.
“Bunga salju?
Boleh lihat gak?” pinta Jennie.
“Sebentar”
Rara merogoh
tasnya mencari sesuatu. Setelah ketemu Rara memberikannya pada Jennie.
“Wah … bagus
banget! Ini dari kertas ya?” puji Jennie sambil membolak balik bunga salju
buatan sahabatnya itu.
“Iya”
“Kamu pinter
banget sih, Ra”
Ternyata bunga salju karya Rara menarik
perhatian beberapa siswa lain utnuk melihatnya.
“Kamu hebat
banget, Ra! Buating doong … kalau enggak, ajarin cara buatnya” pinta Alin.
“Besok-besok
aja ya” jawab rara dengan nada lembut. Dia tersipu malu dengan pujian
teman-temannya itu.
Mereka berempat
terus melanjutkan tentang cara membuat bunga salju sampai jam Pelajaran
dimulai.
“Kriiing”
Bel pulang
sekolah. Semua siswa-siswi SMP berhamburan keluar dari kelas. Ada yang ke
perpustakaan. Ada yang ke lapangan dan ada yang ke kelas ekstra. Ada juga yang
menunggu jemputan.
Rara maih di
kelas merapikan bukunya untuk dimasukkan ke dalam ranselnya. Namun tetiba
seseorang dengan jahil mengambil beberapa buku yang belum dimasukkan Rara.
Spontan Rara menoleh lalu berteriak
sembari mengejar si pencuri.
“Ih! Aldi!
Balikin gak?!! Gak usah usil deh!” Rara
melompat-lompat berusaha merebut buku yang diambil Aldi.
“Wleek! Gak
mau! Kalau bisa ambil sendiri daras pendek!” ejek Aldi sambil tertawa
kegirangan sendiri.
Rara masih
terus berusaha meraih buku yang diangkat tinggi-tinggi Aldi. Sampai akahirnya
buku itu terlepas dari tangan Aldi dan jatuh ke lantai. Cepat-cepat Aldi
mengambil buku itu, namun dia terhenti saat tak sengaja menemukan ada sebuah
foto yang keluar dari selipan halaman kertas buku itu. Namun Rara keburu lebih
cepat menarik foto itu agar tidak sampai diambil Aldi.
“Nggak usah
dilihat!!” bentak Rara marah.
Kali ini Aldi
bergidik negri melihat ekspresi marah Rara yang masih meliriknya tajam sembari
memasukkan bukunya kedalam ransel. Lalu Rara berjalan keluar dengan amarah yang
masih memuncak, meninggalkan Aldi yang masih berdiri terdiam di posisinya.
……………………….
Besoknya, di
ruang kelas.
Rara termenung
sendiri. Rupanya dia sedang memikirkan penagh hutang yang dating ke rumahnya
semalam. Hari ini dia berniat meminjam ponsel Jennie, namun entah kenapa Jennie
belum datangs ekarang. Sesekali Rara melirik jam dinding yang terpajang di
dinding kelas.
“Mana sih
jennie….” Batin Rara gelisah.
“Ra, aku minta
maaf ya yang kemarin” suara tiba-tiba dari belakang membuat Rara tersentak
kaget.
“Aldi??” Rara
memandang lekat siswa yangs erring mengganggunya itu, “Iya gak papa”
“Kamu
kelihatannya marah banget kemarin?”
“Nggak, biasa
aja” jawab Rara pendek.
“Kalau begitu
kamu mau apa? Aku beliin. Sebagai bukti kesungguhanku meminta maaf” rayu Aldi.
“Nggak usah”
Rara menjawab tanpa menoleh.
“Aku serius”
Rara diam
sejenak, memandang ke bawah lalu beralih menoleh ke Aldi yang sekarang berdiri
di depan mejanya.
“Aku boleh
minta tolong?” ucap Rara akhirnya.
“Apa?” tanya
Aldi penasaran.
“Nanti mau
antar aku ke kota sehabis sekolah?” pinta Rara ragu “Kalau nggak mau ya nggak
papa kok”
“Mau kok. Siapa
bilang gak mau” jawab Aldi cepat-cepat.
Rara tersenyum
mendengarnya.
………………………
Angin berhembus
melewati dedaunan pohon sepanjang jalan, membuatnya mengalun seakan menari
menikmati lagu langit biru. Dan kupu-kupu menghiasi dedaunan hijau taman serta
bunga-bunga yang berwarna-warni, yang taks egan untuk mekar dengan indah.
Sepanjang ruas jalan yang dilewati kedua siswa itu Nampak sangat asri dan
indah.
Rara dan Aldi
berjalan beriringan. Setelah menaiki transportasi umum, keduanya memutuskan
berjalan kaki menuju sebuah toko yang berada di Tengah kota.
“Bentar ya, Di.
Aku masuk dulu” ujar Rara saat sudah sampai di depan toko yang tak begitu
besar.
Aldi menunggu
di depan. Sedang Rara berjalan masuk ke toko dan Nampak mencari pemilik toko. Setelah
bertemu, Rara Nampak berbincang dengan serius dengan ibu paruh baya itu.
Ternyata Rara sedang menagih hutang padanya.
“Ya ampun, Ra.
Kemarin ibu sudah bayar kok ke ibumu dan itu sudah lunas. Coba tanya lagi”
jelas sang pemilik toko.
“Oh begitu ya,
bu. Kalau begitu Rara minta maaf sekali. Rara pamit, terimakasih atas waktunya”
“Iya, hati-hati
ya, Ra”
“Iya”
Rara keluar dan
menghampiri Aldi yang masih berdiri menunggu. Dia duduk di kursi depan toko.
“Udah, Ra?’
tanya Aldi melihat Rara menghampirinya.
“Udah. Yuk
pulang” ajak Rara.
“Eh bentar…”
Aldi meyodorkan sebatang eskrim yang abru di belinya dari pedagang es krim
keliling yang baru saja lewat.
“Dapet dari
mana??” tanya Rara penasaran.
“Tadi beli
sebentar,” jawab Aldi sembari beranjak dari duduknya dan mulai melangkah.
Rara memandangi
lekat es krim di tangannya dan tersenyum penuh arti.
“Ya udah,
terimakasih ya” ucap Rara sembari ikut berjalan bersebelahan dengan Aldi.
Keduanya
berjalan dengan riang sembari menikmati es krim emreka, menuju arah pulang.
Dari sinilah awal pertemanan mereka dimulai. Dua siswa yang dulu sering
bertengkar dan saling mengejek kini telah menjadi teman untuk selamanya.
Tamat.
Komentar
Posting Komentar