Aira


Karya: Naqiba Adini Azzahra


Sang surya mulai menampakkan wujudnya. Semangat seorang gadis yang sedang mengayuh sepedanya untuk pergi sekolah dengan perlahan, akhirnya Gedung yang tak begitu besar Nampak di depannya.

Ia memarkiran sepedanya di parkiran sekolah lalu nerjalan melewati lapangan parker dan tamans ekolah yang cukup luas.

“Semoga saja Pak Gun hari ini dating” gumamnya pelan.

Tak sengaja seseorang menabrak pundaknya dengan keras. Dengan tak berdosa orang itu langsung berlari tanpa meminta maaf.

“Ih … Aldi!” sentak Rara sembari memegang pundaknya.

“Eh maaf … sengaja!” ucap Aldi sambil nyengir dan Kembali berlari menjauh. Namun hanya beberapa Langkah, tak sengaja dia menabrak sesuatu yang membuatnya terjatuh terjelungup ke tanah.

“Wkwk … rasain! Kuwalat!” ejek Rara.

“Awas kamu Ra!”

“Apa awas? Ndak ada kendaraan juga!” Rara berlalu “Wlee!” lanjuta ejeknya sambil menjulurkan lidahnya lalu berjalan masuk ke gedungs ekolah dengan berlari kecil.

Memang dari awal Rara masuk sekolah, Aldi  sudah tidak menyukainya. Bahkans etiap Aldi bertemu dengan Rara ia selalu membuat masalah yang membuat Rara merasa geram dan jengkel.

“Kring kring!”

Suara bel masuk sekolah berbunyi, pertanda pembelajaran di kelas akan segera dimulai.Rara dan Jenie, ketua kelas, sedang mengobrol. Mereka adalah teman sebangku. Walaupun Rara murid baru namun tidak ada yang menghalanginya untuk mendapatkan banyak teman.

“Jennie, tadi malem aku habis membuat bunga salju!” cerita Rara.

“Bunga salju? Boleh lihat gak?” pinta Jennie.

“Sebentar”

Rara merogoh tasnya mencari sesuatu. Setelah ketemu Rara memberikannya pada Jennie.

“Wah … bagus banget! Ini dari kertas ya?” puji Jennie sambil membolak balik bunga salju buatan sahabatnya itu.

“Iya”

“Kamu pinter banget sih, Ra”

 Ternyata bunga salju karya Rara menarik perhatian beberapa siswa lain utnuk melihatnya.

“Kamu hebat banget, Ra! Buating doong … kalau enggak, ajarin cara buatnya” pinta Alin.

“Besok-besok aja ya” jawab rara dengan nada lembut. Dia tersipu malu dengan pujian teman-temannya itu.

Mereka berempat terus melanjutkan tentang cara membuat bunga salju sampai jam Pelajaran dimulai.

“Kriiing”

Bel pulang sekolah. Semua siswa-siswi SMP berhamburan keluar dari kelas. Ada yang ke perpustakaan. Ada yang ke lapangan dan ada yang ke kelas ekstra. Ada juga yang menunggu jemputan.

Rara maih di kelas merapikan bukunya untuk dimasukkan ke dalam ranselnya. Namun tetiba seseorang dengan jahil mengambil beberapa buku yang belum dimasukkan Rara. Spontan Rara menoleh lalu  berteriak sembari mengejar si pencuri.

“Ih! Aldi! Balikin gak?!! Gak usah usil deh!”  Rara melompat-lompat berusaha merebut buku yang diambil Aldi.

“Wleek! Gak mau! Kalau bisa ambil sendiri daras pendek!” ejek Aldi sambil tertawa kegirangan sendiri.

Rara masih terus berusaha meraih buku yang diangkat tinggi-tinggi Aldi. Sampai akahirnya buku itu terlepas dari tangan Aldi dan jatuh ke lantai. Cepat-cepat Aldi mengambil buku itu, namun dia terhenti saat tak sengaja menemukan ada sebuah foto yang keluar dari selipan halaman kertas buku itu. Namun Rara keburu lebih cepat menarik foto itu agar tidak sampai diambil Aldi.

“Nggak usah dilihat!!” bentak Rara marah.

Kali ini Aldi bergidik negri melihat ekspresi marah Rara yang masih meliriknya tajam sembari memasukkan bukunya kedalam ransel. Lalu Rara berjalan keluar dengan amarah yang masih memuncak, meninggalkan Aldi yang masih berdiri terdiam di posisinya.

……………………….

Besoknya, di ruang kelas.

Rara termenung sendiri. Rupanya dia sedang memikirkan penagh hutang yang dating ke rumahnya semalam. Hari ini dia berniat meminjam ponsel Jennie, namun entah kenapa Jennie belum datangs ekarang. Sesekali Rara melirik jam dinding yang terpajang di dinding kelas.

“Mana sih jennie….” Batin Rara gelisah.

“Ra, aku minta maaf ya yang kemarin” suara tiba-tiba dari belakang membuat Rara tersentak kaget.

“Aldi??” Rara memandang lekat siswa yangs erring mengganggunya itu, “Iya gak papa”

“Kamu kelihatannya marah banget kemarin?”

“Nggak, biasa aja” jawab Rara pendek.

“Kalau begitu kamu mau apa? Aku beliin. Sebagai bukti kesungguhanku meminta maaf” rayu Aldi.

“Nggak usah” Rara menjawab tanpa menoleh.

“Aku serius”

Rara diam sejenak, memandang ke bawah lalu beralih menoleh ke Aldi yang sekarang berdiri di depan mejanya.

“Aku boleh minta tolong?” ucap Rara akhirnya.

“Apa?” tanya Aldi penasaran.

“Nanti mau antar aku ke kota sehabis sekolah?” pinta Rara ragu “Kalau nggak mau ya nggak papa kok”

“Mau kok. Siapa bilang gak mau” jawab Aldi cepat-cepat.

Rara tersenyum mendengarnya.

………………………

Angin berhembus melewati dedaunan pohon sepanjang jalan, membuatnya mengalun seakan menari menikmati lagu langit biru. Dan kupu-kupu menghiasi dedaunan hijau taman serta bunga-bunga yang berwarna-warni, yang taks egan untuk mekar dengan indah. Sepanjang ruas jalan yang dilewati kedua siswa itu Nampak sangat asri dan indah.

Rara dan Aldi berjalan beriringan. Setelah menaiki transportasi umum, keduanya memutuskan berjalan kaki menuju sebuah toko yang berada di Tengah kota.

“Bentar ya, Di. Aku masuk dulu” ujar Rara saat sudah sampai di depan toko yang tak begitu besar.

Aldi menunggu di depan. Sedang Rara berjalan masuk ke toko dan Nampak mencari pemilik toko. Setelah bertemu, Rara Nampak berbincang dengan serius dengan ibu paruh baya itu. Ternyata Rara sedang menagih hutang padanya.

“Ya ampun, Ra. Kemarin ibu sudah bayar kok ke ibumu dan itu sudah lunas. Coba tanya lagi” jelas sang pemilik toko.

“Oh begitu ya, bu. Kalau begitu Rara minta maaf sekali. Rara pamit, terimakasih atas waktunya”

“Iya, hati-hati ya, Ra”

“Iya”

Rara keluar dan menghampiri Aldi yang masih berdiri menunggu. Dia duduk di kursi depan toko.

“Udah, Ra?’ tanya Aldi melihat Rara menghampirinya.

“Udah. Yuk pulang” ajak Rara.

“Eh bentar…” Aldi meyodorkan sebatang eskrim yang abru di belinya dari pedagang es krim keliling yang baru saja lewat.

“Dapet dari mana??” tanya Rara penasaran.

“Tadi beli sebentar,” jawab Aldi sembari beranjak dari duduknya dan mulai melangkah.

Rara memandangi lekat es krim di tangannya dan tersenyum penuh arti.

“Ya udah, terimakasih ya” ucap Rara sembari ikut berjalan bersebelahan dengan Aldi.

Keduanya berjalan dengan riang sembari menikmati es krim emreka, menuju arah pulang. Dari sinilah awal pertemanan mereka dimulai. Dua siswa yang dulu sering bertengkar dan saling mengejek kini telah menjadi teman untuk selamanya.

Tamat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemilihan OSIS Baru di SMP Plus Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro

Upacara Hari Pahlawan 2024

Semangat Kebersamaan Warnai Upacara Hari Guru di SMP Plus Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro